Senin, 29 Agustus 2016

Lagu Dan Syair Tule' Hele Orang Lembata



Tule Hele / Urisele

Tule hele/Urisele adalah sebuah nyanyian syair adat yang  bermakna pesana/nasihat, dan menghibur  bahkan dengan syair lagu dapat meluluhkan hati bagi orang yang berselisih paham dan pada akhirnya berdamai.  Nyanyian syair ini biasanya dibawahkan oleh orang-orang tua dalam sebuah acara kegiatan adat yang berlangsung di desa/kampung.  Nayian tule hele/urisele  syairnya  bermakna dalam, karena tidak  mudah bagi semua orang untuk memahami artinya dari  syai yang dibawahkan.   
Namun dalam membawakan orang akan mendengar dan mengartikan lalu akan menaggapinya dalam syair pula.  Pada saat orang mulai menyayikan tule hele pertama  maka, semua orang akan mengartikan apa masud dari syair itu dan ditapan/diikuti sampai syair ini benar diartikan. Atau maksud dari syair itu terjawab maka  orang lain boleh menyayikan syair berikutnya terus menerus sampai pagi hari.  

Tule hele memiliki makna yang sangat dalam sebagai suatu pesan  atau nasihat  dalam budaya bernyanyi dengan syair-syair yang dibawahkan  untuk  menggugah hati semua orang sehingga,  banyak masalah yang  terjadi dalam suku dapat diselesaikan dengan hasil mendamaikan orang lewat nyanyian tule hele ini.
Bagi masyarakat Lamaholot pada umumnya  tule hele/urisela tinggalah sebuah kenangan karena,  adanya pergeseran nilai atau perubahan sosial pada  generasi sekarang sehingga sulit ditemukan lagi. . 
Namun bagi  masyarakat  Atakore  tule hele  tetap dilakukan namun pada acara-acara adat yang diselenggarakan  dengan penekanan pada syair lagu sesuai dengan kegiatan apa yang sedang  dilakukan.   
Dalam suatu kegiatan adat orang-orang tua duduk bersama-sama  dalam sebuah lingkaran sambil menyanyikan syair-syair lagu yang disesuaikan dengan kegiatan adat seperti: tule ahar, doka tua magu, adat perkawinan,  dan banyak lagi kegiatan yang diselenggarakan di kampung.  Nyanyian tule hele tidak semua orang dapat menyayikan syair karena sulit untuk dipahami syair lagu, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa adat.  

Nyian ini ibarat sebuah teka-teki namun juga bukanlah sebuah  pantun karena,  maknanya adalah nasihat/pesan medalam bagi generasi muda dimana warisan budaya/norma hidup yang perlu di lestarikan syair lagu yang saling bersahutan dengan penekana pada makna  baik untuk wariskan dan yang buruk agar ditinggalkan demi suku lamak.

Sebagai contoh  acara doka tua magu  dalam buaya adat maka, syairnya mengisahkan  tentang masa   dimana suku yang datang dan menetap dikampung dengan berbagai masalah yang dihadapi saat itu dan kedepannya harapan agar budaya ini selalu terpelihara.  Atau bagaimana merawat dan memelihara  rumah adat  sebagai warisan leluhur yang perlu dijaga dan dipertahankan dengan baik. Syair-syair  lagu dari acara  doka tua magu/rumah adat saat dinyanyikan sangatlah  hati-hati karena, akan berdampak buruk/bahkan korban nyawa.  Berbeda dengan acara-acara adat yang lain dalam meyanyikan syair  pesan/nasihat.  Jadi dalam nanyian tule hele syair lagu disesuai dengan acara  atau kegiatan atau acara apa yang sedang  berlangsung.

Desa Atakore  dengan budaya ahar banyak memiliki syair-syair lagu sebagai pesan/nasihat bagi anak suku  dalam pola hidup yang baik dengan sesama, pola hidup rukun antara suku lamak yang selalu terbina dengan baik.  
Ada beberapa syair lagu yang selalu dinyanyikan saat upacara adat budaya berlangsung.

 Syair lagu tule hele/urisele seperti ini:

( Ai te le ata uri te le le ) pembuka

Ina ama taru alu

Gurum ngabaleta mura dori

Ana oli hodi uma lama

ho ..ho.....ho

Artinya:
Jika saatnya tiba untuk bersyukur
Utuslah gurumbeleta/humas
Untuk mencari, dan menyampaikan semua orang
untuk mengambil bagian masing-masing sebagai ungkapan rasa syukur

Doni mai kari duli

Belo tulu lei lima

Oli nawak

Jaga lewo tana

Ho....ho...ho....

Artinya:
Anakku sayang  jika kamu pergi
Pikirkan /Perhitungkan sendiri
Kekurangan dalam suku lamak
Dalam merawat dan menghias kampung
Dengan harapan agar cepat kembali.

Bala liko bodi hawe

Kolu raka magu  ra

Ragan dopa woloi loda

Dei tora tue lele

Ho....ho...ho....

Artinya:
Kita harus selalu siap mengadapi masalah
Apapun yang terjadi
Namun dengan dukungan semua orang
Kita tentu dapat mengatasinya bersama.

Bala pana moi lai

Kai hure lango moe

Dami  mula tu mea

Hura ere ga tega-tega

Ho....ho...ho....

Artinya:
Sungguh menyesal rencanaku ini
Hanya seberkas  lilin boleh menerangi
Dengan berat hati  aku turut bergembira.

Belo  tea tugo mihi

Tawa tangan lolon  gege royu kae

Tugo bai pana hala

Ho....ho...ho....

Artinya:
Keputusan yang diambil  tepat
Dalam sebuah rencana
Karena akan berdampak  baik
Di hari yang akan datang

Boli pana moi lai

Mai hodi hela

Wai tiba wai take

Bei orege tek hare hi

Ho....ho...ho....

Artinya:
Ada keretakan dalam rumah
Ada yang hadir ada juga tidak
Rasanya tidak baik hal ini.

Bait dari suatu syair lagu  akan dinyikan jika, makna dari suatu bait syair  lagu sudah ditemukan  arti atau maksud dari orang yang menyanyi saat tele hele/urisele berlangsung.  Dan untuk mengartikan butuh waktu namun untuk menemukan arti semua dalam bentuk nyayian. Selanjutnya jika orang mulai menyayi syair lagu “ ai  te le ata  uri te le le “. berarti ini syair baru yang akan dinyayikan dengan topik yang lain karena topik pertama sudah ditemukan maknanya.

Ada pula beberapa syair  lagu yang mengisahkan bagaimana seorang gadis dipinang namun menolak namun  sang lelaki merasa  suatu saat pasti akan kembali

Ma ga ga ama mai ga ga

Ole tolo rata molo

Keri to mo aka

Goe ia ma ga

Ada juga sebuah  syair yang dinyanyikan sampai  pagi baru baru di temukan artinya seperti ini

Lera pana moi lai

Bege manu tu

Kedin weli ore take

Maksud syair diatas

Lera pana moi lai

Mai riu ina bine

Riu mara ama lake

Moi pe lera mo moi pe

Orang hendak mencari kekasih hati
Namun salah memilih
Karena yang ditemukan adalah
Seorang pria yang tidak bisa melahirkan
( kedin weli ore take )

Bagi generasi muda mungkin ini saatnya kita meggali kembali budaya kita yang sudah mulai menghilang,   ibarat seorang anak kecil mencari bengkoang yang batang sudah terpisah dari akarnya dan pelan-pelan mencari sampai menemukan akar pohonnya.

Belo  tea tugo mihi

Tawa tangan lolon  gege royu kae

Tugo bai pana hala

Ho....ho...ho....







Minggu, 21 Agustus 2016

Tarian Kolewalan Lembata




Latar Belakang Tarian Kolewalan.


Tarian kolewalan adalah sebuah tarian rakyat yang berasal dari Atakore desa Watuwawer kecamatan Atadei  Kabupaten Lembata.
Tarian Kolewalan  sebenarnya berasal dari daerah Leragere saat itu bersama tarian Beku. Namun karena masyarakat dari watuwawer  pada umumnya senang bernyayi dan menari sehingga akhirnya tarian ini bisa berpindah tempat dan menjadi milik Atakore.


Menurut cerita  moyang Lagar Lagadoni Lejab tarian ini dibawa dari Leragere saai itu dimana dalam penuturan Bapak Bernardus Boli Lejab tarian Beku selalu dimainkan sendiri oleh moyang Lagar Lagadoni sambil tertawa sendiri.  Lagar Lagadoni Lejab beristrikan Nogo Mayeli adalah saudari tunggal dari Raja Baha Mayeli dari Labala.  Dan Bernardus Boli Lejab adalah cucu pertama dari Lagar Lagadoni Lejab yang saat ini sudah berusia kurang lebih 96 enam tahun. Dalam surat permaindian tertulis tgl permaindian 15 Mei 1928 oleh Pater Bode. Pada saat itu Paroki Lerek belum terbentuk karena masih berstatus Stasi.  Saat Bernardus Boli Lejab dipermaindiankan ia sudah memasuki sekolah SR jadi kurang lebih usianya saat itu 8-9 tahun dalam hitungan usia masuk sekolah.

Dari cerita Tarian Kolewalan di bawah oleh dua orang bersaudara yakni Bapak Muhi Lejab dan Bapak Wua Lejab.  Mereka membeli dari Ema Ingi Sarabiti dengan harga satu batang gading untuk dapat dibawah untuk dimainkan di desa Atakore.  Desa Watuwawer pada umumnya suka menyanyi dan menari dengan tarian kas yang lainnya adalah Tele Hele/syair nasihat,  Holo Beba / tarian penyambutan tamu.

Ema Ingi Sarabiti memiliki hubungan keluarga dengan kedua kakak beradik  yakni Muhi Lejab dan Wua Lejab sehingga permintaan mereka pada Om dapat dipenuhi. 
Sebagai bentuk kesepakatan adat Tarian Kolewalan tidak boleh dimainkan lagi  di Leragere  karena sudah menjadi milik ana making. Dalam keputusan adat memiliki perjanjian  apa bila Tarian Kolewalan dimainkan di leragere maka  orang akan sakit.  Begitu pula sebaliknya tarian Beku tidak boleh dimainkan di Atakore atau Watuwawer. Inilah kesepakatan telah  dibuat antara Ema Ingi Sarabiti,  Muhi dan Wua Lejab.


Hedu Hama Kolewalan

Tarian Kolewalan sebagai tarian masyarakat desa Atakore yang sangat menghibur dimain tarian ini sangat digemari oleh semua kalangan hingga saat ini.   Tarian Kolewalan  tidak jauh berbeda dari tarian Beku namun,  dalam hitungan lakah kaki delapan kali untuk tarin Beku,  sedangkan Kolewalan sepuluh langkah kaki yang terus bergerak maju dalam lingkaran.
Tarian kolewalan mengandung makna persatuan dan syukur  yang dimainkan di tempat yang disepakati bersama yang mana tempat itu  disebut namang.  Di namang ini semua orang berkumpul bersama untuk menyayikan syair  lagu dan tarian diiringi pukulan gendang sebagai , ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas segalah berkat yang sudah diterima selama satu musim tanam berlangsung.

Tarian Kolewalan mempunyai dua bagian utama yakni:  Hedu dan Hama. 


Hedu 


Untuk bagian Hedu dalam tarian  Kolewalan, dimainkan dengan gerakan kaki maju mengelingi  lingkaran dengan sepuluh langkah kaki yang berbeda.  Dalam syair lagu Kolewalan mengisahkan semua suku  pada  tiga kampung yang memiliki ritus budaya adat Ahar yakni;  desa Watuwawer/Atakore, Lewogroma dan Lewokoba.

Tarian Kolewalan mempunyai hubungan satu kesatuan dengan upacara ritus budaya adat Ahar sebagai bentuk rasa syukur dimana seorang anak lahir dan kini akan diterima bersama  ibunya secara resmi menjadi  bagian dari suku lamak.

Desa Watuwawer memiliki delapan suku dimana, setiap suku punya syair lagu yang berbeda-beda.  Sayair lagu  dalam tarian  Kolewalan diawali dari suku Watuwawer sebagai pemilik desa dan  syair lagu akan berakir pada suku Lejab sebagai suku terakhir yang mendiami desa Atakore/Watuwawer.

Syair-syair lagu Hedu Kolewalan.




1.         Suku Wawin :
wato lela lusi koliwala
Ole  lai ro ho he le
Elero ho he le..e

Ata nora lela di o
Lama o, lama gora lela o
O oa e, ole laira..o oa e
Ata nora wato
Lela lusi wato lela lusi e le
Lela lusi ele ele,
Elero ho he le e

2.         Suku Lajar
Laya lama bua koliwala
Ole  lai ro ho he le
Elero ho he le..e

Ata nora bua di o
Ole o lolo bua o
O oa e, ole laira..o oa e..
Ata nora laya
Lama bua laya lama bua
Ee le  lama bua ele le le
Elero ho he le e

3.         Suku Karang
Kera lama honi, koliwala
Ole  lai ro ho he le
Elero ho he le..e

Ata nora honi di o
Lama o lama bae honi
O o oa e, ole laira ..ooa e..
Ata nora  kara
Lama honi kara lama honi
Ele lama honi
Eelero ho he le..e

4.         Suku Lerek
Lera lama dike
Koliwala ole lairo ho he ele
Elero ho hele e
Ata nora keleng di o
Keleng o keleng ora nuka o
O oa e ole laira o oa e..
Ata nora lera
Lama dike lere lama dike
E e le lama dike
Elelele elero ho he le e

5.         Suku Tukan
Tuka lama roni
Koliwala ole lai ro ho he le
Ele roho he le e,
Ata nora roni di o
Lama o lama bae roni o
O ae e ole laira o oa e
Ata nora tuka
Lama roni tuka lama roni
E le lama roni
Elelele, e lero ho he le  e..

6.         Suku Koban
Koba lama wale
Kolewala ole lai ro hohe le
Ele roho he le e,
Ata nora wale di ooo
Wayo o wayo lma wale o
Ooo oa e ole laira o oa e
Ata nora koba
Lama wale koba lama wale
Ee le lama wale e
Elelele, e lero ho he le  e..

7.         Suku Huar
Hua Ile lolo
Kolewala ole lai ro hohe le
Ele roho he le e,
Ata nora mele di o o
Pali o pali wana mele o
Ooo oa e ole laira o oa e
Ata nora bua
Ile lolo bua ile lolo
Ele ile lolo
Elelele, e lero ho he le  e..

8.         Suku Lejab
Lera lama dike kolewala
Ole lai roho hele
Ele roho hele e
Ata nora dike di o
Tanah o tanah jawa dike o
Ooo oa e ole laira o oa e
Ata nora lera
Lama dike lera lama dike
Ele lama dike
Elelele ele roho he le e

Dari syair lagu untuk suku Lejab mengisahkan bahwa orang Lejab baik hati datang dari tanah jawa.  Lejab hanya dapat melahirkan bagi suku yang lain dan  menjadi penerang.  Dengan syair lagu ini  mungkin generasi  baru kini akan lahir seorang Pastor sebagai perubahan karena, selama ini hanya bisa melahirkan      { sebuah kerinduan }.

9.        Desa Lewo Groma:  Memiliki beberapa suku yakni: Roma, Kedang Baya wato, Banin
10.     Desa Lewokoba: Puhun-puo roda rua, Lemudai dan Wukak, Hekar dan Hekur

Hama

Pada bagian dari tarian ini dilakukan setelah bagian Hedu sudah selesai dilaksanakan dengan jedah waktu istirahat  sekitar 30 menit. Atau biasa disebut sebagai bagian pemulihan tenaga atas gerakan yang telah dilakukan.  Bagian dari tarian ini tetap dilakukan skarena merupakan satu bentuk  kesatuan tarian Kolewalan. Gerakan kaki  empat  langkan dengan syair  lagu yang pendek mengingatkan kembali bagaimana lagu dan tarian ini dibawah dari Leragere yakni:

Pili witi tai o eta
Eta manu bara
Bara doge lei
Lei ama tea
Tea lo lai berepa, 
 
Pada saat bait syair lagu ini dinyanyikan “ tea lo lai berepa “ semua orang yang bermain kolewala dengan serempak berhenti dengan teriakan seperti dalam tarian beku.

Dengan demikian  maka Tarian Kolewalan punya kemiripan dan tidaklah mungkin jika,  asal mula tarian ini  dari Leregere.   Namun karena tarian ini telah di beli oleh dua orang bersaudara  dari seorang ina puke/pade Ema Ingi Sarabiti untuk melengkapi ritus adat Ahar di atakore.
Kini dengan adanya perubahan dan perkembangan jaman maka, Kolewalan dapat dimainkan oleh para pemuda/pemudi setempat sebagai ajang untuk mencari jodoh lewat pantun dan syair lagu.